12.15.2014

untitled


Jam dinding yang tergantung di tembok kamar kontrakan yang aku tinggali menunjukan pukul 11.30 malam dan aku sendiri terpaku menatap layar monitor komputer di hadapanku, lampu kamar kubiarkan padam dan kuganti dengan lampu belajar yang redup warisan dari kakak. Lagu-lagu Iwan Fals yang ku-stel mengalun mengisi kelengangan suasana, menemani asap yang mengepul dari sebatang rokok kretek dan sahabat sejatinya: secangkir kopi hitam kental yang menunggu untuk kuhirup. Entahlah, tetapi suasana seperti inilah yang membuatku merasa menikmati kedamaian di tengah segala kegalauan hati dan perasaan muak yang tidak tertahankan, muak pada segalanya bahkan rasa muak pada diriku sendiri. Suasana seperti ini pula yang membantuku untuk sejenak mengundurkan diri dari hiruk pikuk kehidupan yang kurasakan selalu dan terasa semakin menyudutkanku ke pojok yang paling sempit, pengap, dan gelap.
Sejenak kedamaianku terganggu. Terdengar suara pintu kamarku diketuk dari luar, seorang teman datang untuk meminjam  jaketku, kelihatannya ia mau pergi dan aku tahu kemana orang macam dia pergi menghabiskan malam; dugem di diskotik, atau menghabiskan waktu dengan mabuk dijalanan, suatu hal yang pernah aku jalani dulu. Ah, aku tak peduli. kuberikan jaketku dengan cepat dan segera ku usir dia keluar kamar. Aku mengutuknya dalam hati, seolah dia tidak tahu bahwa aku sedang menikmati damainya suasana.
Sementara itu Iwan masih mengalunkan lagu – lagunya, kumatikan api rokok diatas asbak, aku berbaring dan pikiranku kembali menerawang. Langit- langit kamar yang kupandangi lama kelamaan pudar berganti dengan bayang- bayang perjalanan hidupku yang kini aku kutuk, kemudian muncul wajah ayah dan ibu yang selalu menyayangiku walaupun kesalahan- kesalahan yang aku lakukan pada mereka sungguh tak termaafkan. Sungguh, kasih sayang yang mereka berikan tak pernah berkurang. Mungkin semua orang tua akan bersikap sama seperti mereka. Anak yang dulu lahir dari buah cinta kasih mereka, anak yang mereka besarkan dengan segenap kasih sayang dan cinta yang suci, anak yang mereka banggakan, dimana mereka gantungkan harapannya. Harapan yang sebenarnya bukan untuk mereka, melainkan untuk kebahagiaan si anak sendiri.  perlahan kuusap pipiku yang tiba- tiba terasa hangat oleh air mataku yang menetes. Aku merasa menjadi seorang pengkhianat yang kejam, aku merasa seperti malin kundang, aku merasa seperti anak paling durhaka di muka bumi.
“maafkan aku ibu, ayah” bibirku bergumam tanpa kusadari. Air mata yang sudah lama tak kukeluarkan tiba- tiba mengalir tanpa bisa kubendung, lagi, ku kutuk diriku yang cengeng. “Aku seorang lelaki, tak patut mengeluarkan air mata!” aku mengutuk diri sendir. tapi semakin ku tahan semakin deras pula air asin yang mengalir dari mataku. Akhirnya aku menyerah, kubiarkan diriku terisak di tengah malam buta. Aku tak peduli seandainya saat ini orang lain mendengar dan melihatku menangis seperti bayi dan aku tak peduli jika kemudian mereka menertawakanku. Lama aku menangisi diri sendiri ketika akhirnya air mataku surut. Kuambil sebatang kretek dan kusulut, merahnya bara api tertutup oleh asap yang bergumpal, aku terbatuk. Tanganku bergerak menggapai cangkir kopi dan kuhirup isinya perlahan, pahitnya kopi berbaur dengan pengapnya udara kamar. Kurebahkan tubuhku kembali menatap langit kamar, jam dinding menunjukkan padaku bahwa hari telah larut dan tanpa terasa aku pun tertidur di lantai kamar yang dingin…

Bersambung.........

12.01.2011

catatan baru.

















Telah lama aku simpan kertas yang telah penuh coretan itu di dalam saku celanaku.
Berusaha terus menulis di atasnya walau tak ada tempat lagi untuk menulis
Kutulis juga coretan-coretan baru di atas coretan-coretan yang lama
Tapi coretan-coretan lama itu tak mau hilang, malah semakin jelas saja ia.
Dan kertas itu tetap ku simpan juga.

Lalu kamu datang.
Seorang asing, tapi tampak begitu akrab.
Tanganmu yang lembut mengambil kertas penuh coretan itu dari tanganku.
melipatnya dengan rapi,
memasukannya ke dalam amplop yang wangi,
menyentuhkannya di dadaku,
lalu menyimpannya dengan hati-hati di dalam lemari pakaianku

Aneh, kamu tidak merobek kertas itu
atau merenggutnya dengan kasar dari genggamanku
lalu melemparkannya jauh- jauh, tidak, tidak.
kamu bahkan tampak hormat pada kertas itu.
"Itu guru-mu, guru-ku, itu guru kita", katamu lembut.
Seulas senyum tersungging di bibirmu, senyum kedamaian seorang ibu.
" Kita adalah dua bilah pena yang menulis cerita di atas sebuah kertas baru yang kosong..." katamu dan kataku.

11.30.2011

Leeds United Football Club

Leeds United A.F.C.


Nama Lengkap:  Leeds United Association Football Club
Julukan: The Whites
Tahun Berdiri: 1919

Home base: Elland Road Leeds Capacity 40,242
Presiden: Ken Bates
Manager: Simon Grayson


The Elland Road


Prestasi Klub:
 

Liga

    * Divisi 1 (Tier 1)
          o Winners (3) 1968–69, 1973–74, 1991–92
          o Runners-up (5) 1964–65, 1965–66, 1969–70, 1970–71, 1971–72

    * Divisi 2 (Tier 2)
          o Winners (3) 1923–24, 1963–64, 1989–90
          o Runners-up (3) 1927–28, 1931–32, 1955–56
          o Play-Off Runners-up (1) 1986–87

    * Championship (Tier 2)
          o Play-Off Runners-up (1)2005–06

    * League One (Tier 3)
          o Play-Off Runners-up (1) 2007–08

Cups

    * FA Cup
          o Winners (1) 1972
          o Runners-up (3) 1965, 1970, 1973

    * League Cup
          o Winners (1) 1968
          o Runners-up (1) 1996

    * FA Charity Shield
          o Winners (2) 1969, 1992
          o Runners-up (1) 1974

    * FA Youth Cup
          o Winners (2) 1993, 1997

Prestasi di Eropa

    * European Cup
          o Runners-up (1) 1975

    * UEFA Champions League
          o Semi-finalists (1) 2001

    * Inter-Cities Fairs Cup
          o Winners (2) 1968, 1971
          o Runners-up (1) 1967
          o Inter-Cities Fairs Cup Trophy Play-Off (1971) – Runners-up

(Edisi terakhir Fairs Cup, sebelum berubah nama menjadi UEFA Cup)

    * UEFA Cup
          o Semi-finalists (1) 2000

    * European Cup Winners' Cup
          o Runners-up (1) 1973


Pemain terkenal

Eric Cantona















- Eric Cantona
- Anthony Yeboah
- Gary Speed
- Rio Ferdinand
- Jonathan Woodgate
- David Batty
- Gary Kelly
- Ian Harte
- Martin Dahlin
- Paul Robinson
- Mark Viduka
- Alan Smith
- Harry Kewell
- Robby Keane
- Oliver Dacourt
- Lee Bowyer
- James Milner
- Aaron Lennon
- Jermaine Beckford
- Johnny Howson
- Lucchiano Becchio
- Dll.

Rivalitas
Rival utama Leeds adalah Menchester United, rivalitas ini berakar pada terjadinya perang saudara
yang terkenal dengan nama "perang bunga".

Goal Jermaine Beckford saat Leeds mengalahkan MU di FA cup













Saat ini (musim 2011-2012) Leeds United bermain pada level Championship League, setingkat dibawah EPL. 
MARCHING ON TOGETHER! (Leeds anthem)
Situs Resmi: www.leedsunited.com

11.19.2011

Sebelum Tidur (utopis)

Maukah kamu, bersamaku melepaskan masa lalumu?
berjalan menyusuri jalan ke utara di sisi-ku?
mungkin, (siapa tahu) kelak kita akan menikah,
walau tanpa pesta atau hura- hura.
hidup dalam sebuah rumah kecil dan sederhana.
bersama bayi- bayi yang manis dan lucu; anak- anak kita.
kita akan mendidik mereka dengan kasih sayang dan cinta,
mengajarkan mereka arti hidup,
agar kelak tumbuh menjadi manusia- manusia yang berguna dan dewasa.
Lalu nanti, di akhir cerita, kita akan tua bersama.
sampai tiba saatnya untuk menutup mata,
tetapi dengan seulas senyum dibibir kita,
tanpa sedikitpun ada rasa penyesalan...

11.07.2011

27 adalah angka yang sakral
27 adalah angka yang menakutkan
27 adalah angka yang membuat hati-ku berdebar-debar karena rindu.
27 27 27 tiga putaran purnama lagi mungkin aku akan mencapainya
atau mungkin aku akan gagal sebelum sempat mencapainya.
27 seperti Gie, atau 27 seperti Kurt? tidak ada pilihan atas keduanya
nasib ataukah takdir? aku tidak tahu, tak akan pernah tahu.

10.29.2011

The Story of SS LAZIO (1900 - 2011)


SOCIETA SPORTIVA LAZIO SpA


 
S.S. Lazio (Società Sportiva Lazio SpA) adalah sebuah tim sepak bola Italia yang berbasis di kota Roma, didirikan pada 9 Januari 1900. Lazio telah menjuarai Serie A sebanyak dua kali, menjuarai Coppa Italia lima kali, Piala Super Italia tiga kali, serta masing-masing sekali menjuarai Piala Winners dan Piala Super Eropa.

Kostum utama Lazio berwarna biru langit untuk kaos dan berwarna putih untuk celana dan kaos kaki. Stadion kandang mereka, Stadion Olimpico di Roma berkapasitas 72,698 tempat duduk, Selain itu Lazio memiliki rival sekota, yaitu A.S. Roma. Lazio dengan A.S. Roma telah bersaing untuk waktu yang lama, mereka menjalankan pertandingan sepak bola yang dikenal sebagai Derby della Capitale (Derby Kota Roma) sejak tahun 1929.

Selain itu Lazio adalah sebuah klub olah raga yang berpartisipasi dalam tiga puluh tujuh cabang olah raga, sehingga merupakan klub olah raga yang membawahi cabang olah raga terbanyak di seluruh Eropa.

Awalnya didirikan sebagai klub atletik, seksi sepak bola dibentuk pada tahun 1902. Hingga saat ini klub Lazio membawahi berbagai cabang olah raga, antara lain baseball, kriket, dan rugby. Pada musim kompetisi 2005/2006 berakhir, Lazio bersama dengan beberapa tim lain (AC Milan, Juventus, Fiorentina, dan Reggina) dijatuhi hukuman pengurangan poin akibat skandal calciopoli yang menghebohkan Italia.

Musim 1999-2000 merupakan masa emas bagi klub ini sepanjang kiprah mereka di kompetisi sepak bola profesional Italia dan Eropa dengan merebut berbagai gelar bergengsi.



WARNA, SIMBOL, DAN JULUKAN


Warna Lazio terdiri dari putih dan biru langit yang terinspirasi oleh simbol negara Yunani, karena fakta bahwa Lazio adalah perkumpulan berbagai cabang olah raga sebagai pengakuan terhadap Olimpiade yang terkait tradisi olah raga Eropa terhadap Yunani.

Pada awalnya Lazio mengenakan kostum yang terbagi atas warna putih dan biru langit yang saling berpotongan dengan celana dan kaus kaki hitam. Setelah itu Lazio mengenakan kostum dengan warna putih untuk jangka waktu pendek, kemudian mengubah warna seperti warna yang digunakan saat ini. Pada musim kompetisi lain Lazio mengenakan kostum dengan warna biru langit dan strip putih, tapi pada umumnya menggunakan warna biru langit dengan warna putih tipis, serta celana putih dan kaos kaki puih. The club's colours have led to their Italian nickname of biancocelesti.

Simbol Lazio secara tradisi adalah elang, yang dipilih oleh pendiri Lazio, yaitu Luigi Bigiarelli. Simbol elang diketahui sebagai emblem dari tentara Kekaisaran Romawi yang dikenal dengan Aquila; Legiun Romawi membawa simbol elang ini ketika berperang. Lazio dengan simbolnya mendapatkan julukan; le Aquile (Si Elang) dan Aquilotti (Si Elang Muda). Simbol klub saat ini menampilkan elang emas diatas perisai putih dengan garis biru; dalam perisai terdapat nama klub dan perisai tripartit kecil dengan warna dari klub.
Suporter

Lazio adalah klub sepak bola dengan suporter pendukung terbanyak keenam di seluruh Italia dengan persentase 2% pendukung di seluruh Italia (berdasarkan penelitian dari la Repubblica pada Agustus 2008). Para pendukung utama Lazio terutama berdomisili di utara kota Roma.

Irriducibili Lazio yang didirikan pada tahun 1987 adalah sebuah wadah untuk suporter fanatik dari klub Lazio yang terbesar dan terbanyak anggotanya di Italia, tapi selam musim 2009/10 Banda Noantri mengambil alih kepemimpinan atas Curva Nord. Pada setiap pertandingan ultras Lazio menampilkan gaya mendukung dari pendukung Inggris dengan mengadopsi setiap cara mendukungnya. Khusus untuk Derby della Capitale ultras Lazio menampilkan gaya tradisional pendukung ultras Italia.


RIVALITAS

Lazio memiliki rivalitas dengan tim sekota yakni A.S. Roma. Lazio dan A.S. Roma menjalani partai derby yang disebut dengan derby della capitalle ("derby antara tim ibukota"). Pertandingan dengan A.S. Roma dalam Derby Della Capitalle selalu penuh gengsi dan menghadirkan sebuah partai yang seru, untuk membuktikan tim terkuat yang ada di ibukota Italia, Roma serta sebagai salah satu derby sepak bola terbesar di dunia.

Selain dengan AS Roma, Lazio memiliki rivalitas dengan klub Italia lainnya, yaitu Livorno yang disebabkan oleh perbedaan pandangan politik dari pendukung dan pemimpin klub masing-masing. Selain itu, Lazio juga memiliki rival lain, yaitu dengan Napoli. Pendukung Lazio, selain memiliki rival juga memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain, yaitu dengan Inter Milan, Triestina, dan Hellas Verona. Selain memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain di Italia, Lazio juga memilikinya di Eropa, yaitu dengan suporter Real Madrid, Espanyol, Levski Sofia, Norwich City dan Chelsea.
Statistik dan rekor

Giuseppe Favalli memegang rekor penampilan resmi bersama Lazio dengan 401 penampilan dalam 12 tahun tampil bersama Lazio dari tahun 1992 hingga 2004. Rekor untuk kiper Luca Marchegiani, dengan 229 penampilan, sementara rekor untuk penampilan liga dipegang oleh Aldo Puccinelli dengan 339 penampilan.

Silvio Piola menjadi pencetak gol terbanyak dengan 148 gol. Piola telah bermain bersama Pro Vercelli, Torino, Juventus dan Novara, juga sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah Serie A dengan 274 gol. Simone Inzaghi pencetak gol terbanyak Lazio di kompetisi Eropa dengan 20 gol. Ia juga salah satu dari lima pesepak bola yang dapat mencetak empat gol dalam satu partai di Liga Champions UEFA.  Tommaso Rocchi saat ini menjadi pencetak gol terbanyak untuk Lazio.

Partai Lazio melawan Foggia pada 12 Mei 1974 menjadi partai dengan penonton terbanyak dengan 80.000 penonton, partai ini adalah partai penganugerahan Scudetto pertama Lazio. Partai ini juga menjadi rekor penonton terbanyak untuk Stadion Olimpico, termasuk dengan partai A.S. Roma dan Tim nasional sepak bola Italia.



PRESTASI

2 Serie A

    1973/1974
    1999/2000

5 Piala Italia

    1958
    1997/1998
    1999/2000
    2003/2004
    2008/2009

3 Piala Super Italia

    1998
    2000
    2009

1 Piala Winners

    1998/1999

1 Piala Super Eropa

    1999

1 Serie B

    1968/1969


Società Sportiva Lazio sebagai perusahaan

Pada tahun 1998, selama masa kepresidenan Sergio Cragnotti, Società Sportiva Lazio mencatatkan diri dalam bursa saham: Lazio menjadi klub pertama Italia yang mencatatkan diri dalam bursa saham. Saat ini, saham Lazio terdistribusi 61.312% saham yang dipegang Claudio Lotito dan pemegang saham lain memegang 38.688% saham. Bersama dengan Juventus dan Roma, Lazio adalah salah satu klub yang tercatat dalam Borsa Italiana (Bursa saham Italia).  Tidak seperti dua klub lainnya dalam bursa saham, hanya Lazio yang secara signifikan sahamnya dimiliki oleh masyarakat.

Berdasarkan laporan Deloitte, pada musim 2004-05 Lazio termasuk dalam duapuluh besar klub dengan penghasilan terbesar dengan €83 juta.



Referensi

1.      "Stadio Olimpico". uefa.com. Union of European Football Associations. 20 Maret 2009. Diakses pada 12 Oktober 2009.

2.      "i Contatti" (dalam bahasa Italian). SS Lazio. Diakses pada 7 Juni 2010.

3.      Italia) "Palmares". sslazio.it. S.S. Lazio. Diakses pada 7 Juni 2008.

4.      "Il Derby della Capitale". cbc.ca. Canadian Broadcasting Corporation. Diakses pada 4 November 2009.

5.      (Italia) "La Storia". sslazio.it. S.S. Lazio. Diakses pada 19 September 2008.

6.      "Lazio", AlbionRoad.com, 24 Juni 2007.

7.      "Maglie", UltrasLazio.it, 24 Juni 2007.

8.      "Lazio Football Team Information", Football.co.uk, 24 Juni 2007.

9.      "Evoluzione di un simbolo nobile e glorioso", LazioUltras.it, 24 Juni 2007.

10.  "Res Militaris — Standard Bearer", ThinkQuest, 24 Juni 2007.

11.   (Italia) Bordignon, Fabio; Ceccarini, Luigi. "Tifosi, Juventus la più amata. Inter la più antipatica", repubblica.it, la Repubblica, 8 Agustus 2008. Diakses pada 15 Oktober 2009.

12.  "S.S. Lazio", ITV-Football.co.uk, 29 Juni 2007.

13.  "Italian Ultras Scene", View from the Terrace, 29 Juni 2007.

14.  Duke, Greg (2008-10-22). "Football First 11: Do or die derbies". cnn.com. Cable News Network. Diakses pada 4 November 2009.

15.  "Relationships", UltrasLazio.it, 29 Juni 2007.

16.  "Record". SSLazio.it. Società Sportiva Lazio. Diakses pada 12 Oktober 2009.

17.  "Italy — All-Time Topscorers". RSSSF.com. The Rec.Sport.Soccer Statistics Foundation. Diakses pada 12 Oktober 2009.

18.   (Italia) Sannucci, Corrado. "Inzaghi show, la Lazio è tornata", ricerca.repubblica.it, la Repubblica, 15 Maret 2000, p. 55. Diakses pada 30 Oktober 2009.

19.  "Tommaso Rocchi". soccernet.espn.go.com. ESPNsoccernet. Diakses pada 12 Oktober 2009.

20.  "S.S. Lazio S.p.A", Funding Universe, 29 Juni 2007.

21.  Italia) "La Lazio debutta in Borsa il giorno della coppa Uefa", ricerca.repubblica.it, la Repubblica, 21 April 1998, p. 9. Diakses pada 27 Oktober 2009.

22.  "S.S. Lazio SpA", Consob.it, 8 Juni 2007.

23.  (Italia) "Lazio". borsaitaliana.it. Borsa Italiana. Diakses pada 27 Oktober 2009.

24.  "Real Madrid stays at the top", Deloitte UK, 8 Juni 2007.



Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/SS_Lazio

10.14.2011

Urbanisasi, modernisme, dan pergeseran nilai moral



Mudik, tradisi ini mungkin hanya ada di sebuah negara bernama Indonesia saja. ketika berpuluh- puluh juta manusia yang bekerja dan bertempat tinggal di kota- kota besar berduyun- duyun pulang ke daerah asalnya untuk merayakan hari besar keagamaan semisal Idul Fitri. Mungkin, masyarakat di negara- negara lainpun mengenal istilah “pulang kampung” pada waktu perayaan hari- hari besar agama, tapi itu tak sefenomenal dengan apa yang terjadi indonesia dimana pulang kampung adalah hal yang sifatnya wajib di lakukan meskipun harus mengorbankan diri berdesak- desakan di terminal- terminal, statsiun- statsiun KA, pelabuhan- pelabuhan, bandara, ataupun menempuh jalan darat yang beratus bahkan beribu Kilometer jauhnya dengan kendaraan pribadi dan menghadapi resiko kemungkinan kecelakaan. Pada perayaan Idul fitri tahun ini saja tercatat sebanyak ratusan juta orang melakukan mudik, dengan korban jiwa akibat kecelakaan sebanyak 700  orang lebih (ini hampir seperti bencana alam!), belum termasuk korban luka- luka dan korban akibat tindakan kriminal.
Memang, mudik memiliki memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Indonesia maupun bagi pemerintah. Tali silaturahmi yang sempat terputus akibat jauhnya jarak antara anggota keluarga yang berlainan domisili tersambung kembali dengan adanya mudik. Bagi pemerintah, mudik memiliki keuntungan dari segi ekonomi, karena perputaran uang yang sebelumnya terpusat di kota- kota besar menjadi tersalurkan ke daerah- daerah. Menurut data statistik, tahun ini sepanjang mudik lebaran sebanyak puluhan Triliun Rupiah mengalir ke daerah- daerah, itu berarti seharusnya daerah-pun menikmati manfaat dari mudik ini.
Indonesia adalah negara yang aneh, terutama dalam soal merayakan sesuatu, minimal menurut kacamata saya. Di Arab Saudi dan negara- negara Arab lainnya dimana Islam lahir pertama kalinya sebagai agama pembawa cahaya dan menganjurkan kesederhanaan, tidak di kenal tradisi mudik atau membeli baju- baju baru pada perayaan idul fitri, tapi ini adalah soal tradisi dan bukan di sini tempat untuk membahas persoalan itu. Kembali ke Indonesia, sebuah negara yang sedang berkembang dan entah kapan akan maju (lol!) dimana perekonomian dan pembangunan terpusat di kota- kota besar saja, dimana sebagian besar penduduknya adalah dari golongan menengah ke bawah, dan memiliki pemerintahan yang kacau balau. Penduduk di daerah yang haus akan kemajuan dan peningkatan taraf hidup tidak melihat jalan lain kecuali keluar dari daerahnya dan mengadu nasib atau mengais rezeki di kota- kota besar yang tentu saja (menurut pemikiran sebagian besar orang Indonesia) menawarkan kesempatan dan peluang yang lebih besar. Sayangnya, optimisme itu tidak di barengi dengan keahlian bekerja, sehingga kemudian para pencari kerja itu tidak mendapatkan pekerjaan di bidang formal, melainkan hanya di bidang informal saja seperti: pembantu rumah tangga, pelayan, tukang parkir, bahkan banyak yang harus puas dengan hanya menjadi pengemis atau pengamen hingga menimbulkan masalah baru dan membuat orang- orang Satpol pp mempunyai alasan untuk bekerja (razia gepeng, pengamen, waria, dll).
Selain manfaat- manfaat di atas, tradisi mudik memiliki akibat- akibat tertentu pada penduduk di daerah, dalam tulisan ini saya mencoba menghubungkan tradisi mudik dengan fenomena urbanisasi, modernisasi/ westernisasi gaya hidup, dan pergeseran nilai- nilai moral yang di anut dan menjadi ciri daripada masyarakat Indonesia.
Mereka yang hidup lama di kota- kota besar dan sudah “terkontaminasi”  budayanya ketika pulang ke kampung halamannya, turut membawa serta gaya hidup “modern” yang kemudian di tiru oleh penduduk setempat terutama generasi muda-nya, sekarang bukan hal aneh jika pemuda- pemuda di desa- desa mengenakan anting- anting seperti perempuan, atau tubuh yang bertato dan para remaja mengenakan pakaian produk barat seperti tank top atau rok mini, sekarang lebih mudah menemukan kaum muda yang nongkrong di jalanan, di rental Playstation, atau warnet daripada di mushola- mushola atau di langgar- langgar, mereka lebih suka nongkrong daripada mengajar ngaji, atau nge-band daripada sholat (saya merasakannya juga, hehe), para penduduk desa (terutama generasi mudanya) mulai berbicara dalam bahasa kota (elu, gue, dll). Pendeknya, budaya kota sudah merangsek sampai ke pelosok- pelosok kampung dan sedikit demi sedikit menyudutkan budaya dan norma- norma yang dulu sangat dihormati dan dipegang teguh generasi demi generasi dan menjadi ciri daripada apa yang dikenal sebagai “budaya orang Indonesia”. Memang, modernisasi tak selamanya bersifat negatif, Iapun turut menyumbangkan manfaat- manfaat yang besar bagi kemajuan kehidupan masyarakat pedesaan, contohnya: pembangunan sistem irigasi modern bagi pertanian, sistem komunikasi dan sarana transportasi yang semakin lancar kini dapat dinikmati dengan mudah oleh masyarakat pedesaan. Tapi dalam soal budaya, jelas sekali terlihat budaya- budaya (yang notabene berasal dari barat) berperan sangat besar dalam penghancuran moral generasi muda. dalam tahun- tahun 60- 70-an (menurut cerita- cerita dari orang- orang tua) bung karno (BK), presiden RI saat itu, menjalankan kebijakan yang menurut kaum intelektualitas penganut faham "kebebasan" (termasuk soe hok gie) tidaklah masuk akal dan mencederai hak asasi manusia, contohnya keputusan BK untuk melarang buku2 dari amerika serikat dan melarang musik- musik barat beredar di Indonesia, saya juga setuju dengan mereka. Tapi terlepas dari kepentingan- kepentingan politik yang membuat BK membuat kebijaksanaan seperti itu, saya melihat sisi lainnya yaitu kepentingan budaya. setelah soeharto menjadi presiden budaya- budaya dari barat dengan deras mengalir ke Indonesia, negara yang sebagian besar penduduknya masih lugu ini menerima gempuran budaya yang tidak tertahankan, orang- orang mulai mengenal rok mini, musik- musik rock, clubbing, tatto, berjenis- jenis narkotika, film- film yang penuh adegan seks dan kekerasan, dll (bayangkan sendiri deh sekarang akibat- akibatnya) budaya- budaya tersebut menggusur budaya- budaya lokal yang menjadi ciri dari budaya timur, sekarang kita akan sedikit kesulitan untuk mencari orang yang bisa ngawih, memainkan gamelan, calung, suling, dll, kecuali di tempat- tempat tertentu seperti tempat pariwisata atau kota- kota budaya semisal Sumedang, Jogjakarta, atau Bali.
Dalam bidang moral dampak yang terjadi jauh lebih mengerikan lagi, kriminalitas meningkat tajam, seks bebas adalah suatu hal yang 'lumrah' dikalangan anak muda, penyalahgunaan narkotika, penyakit- penyakit seks semisal AIDS merajalela (Indonesia adalah salah satu negara dengan penderita HIV/AIDS terbesar di dunia), dan 'Budaya Malu' yang menjadi ciri khas budaya Indonesia seakan hilang.

(segitu aja dulu, pegel euy)

10.11.2011

kampus saya (hanya coretan)



Sudah lama saya ingin menulis sesuatu tentang kampus saya, walaupun saya lama “menuntut ilmu” di kampus ini (kata orang sih, saya mahasiswa abadi, hehe) tapi saya tidak merasa mengenal, apalagi mencintainya. Mungkin karena dulu saya “terpaksa” masuk ke universitas ini karena dorongan keluarga, dan mungkin karena itu juga motivasi belajar saya rendah. Jangankan untuk masuk kelas dan belajar bersungguh- sungguh, sekedar masuk ke halamannya saja saya sudah malas. Anyway, lupakan itu, itu suatu hal lain, di sini saya hanya ingin mengungkapkan pandangan atau katakanlah “kekecewaan” atau  bisa juga dibilang “ keprihatinan” saya terhadap kampus saya yang (katanya) “Universitas Islam”  yang tentu saja (seharusnya) Islami baik suasana didalamnya, mahasiswa-  mahasiswanya, dosen- dosen pengajarnya, pegawai- pegawainya, busana mereka,  dan lain- lainnya seharusnya mencerminkan budaya dan prilaku islam, tapi yang saya lihat dan rasakan jauh dari itu.
Baiklah saya jujur kalau saya sendiri bukan seorang mahasiswa atau pribadi yang Islami (sudah saya katakan saya masuk kampus ini bukan atas kemauan saya sendiri), tetapi saya tidak buta atau tidak cukup bodoh untuk menilai, merasakan, atau membedakan mana universitas islam dan mana universitas sekular. Dan dengan sedih saya katakan universitas saya jauh dari layak untuk menyandang nama “Islam”, bagaimana tidak? Jika anda pernah masuk atau setidaknya melihat kampus saya, anda akan melihat di sana: mahasiswi dengan jeans ketat, dengan rambut tanpa hijab, atau dengan hijab tapi dengan jeans ketat (perpaduan yang aneh), atau mengenakan tank top. Bagaimana dengan mahasiswanya? Maafkan, bukannya memojokkan kaum perempuan tapi busana lelaki yang saya tahu hanya itu2 saja, pendeknya tak ada masalah, kecuali segelintir kecil dari mereka (pernah suatu kali saya melihat seorang mahasiswa memakai kaos yang dipotong lengannya, hahaha dan itu membuat saya terpingkal- pingkal didepan matanya). Jika masuk waktu shalat, jangan harap anda akan melihat jamaah berduyun- duyun menghentikan aktivitasnya untuk shalat berjamaah di masjid kampus (masjid kampus saya besar dan mampu menampung mungkin seribu jamaah), para dosen hanya akan menghentikan proses belajar sampai adzan lewat, dan sebagian besar mahasiswanya cuek- cuek sajah; makan, ngobrol- ngobrol bahkan cekikikan didepan atau di tangga dekat masjid, MENYEDIHKAN!
Ilmu-ilmu islam yang diberikan-pun sama menyedihkannya, kecuali adanya pesantren wajib yang diikuti oleh
mahasiswa- mahasiswa baru dan syarat bagi mereka yang mau menyusun skripsi. Sepanjang yang saya ketahui, Mata kuliah islam diberikan hanya 1 (satu)  mata kuliah per satu  (1) semester, itupun hanya 1 sks. Wahai, bagaimana kampus seperti ini masih saja berani (LANCANG! Lebih tepatnya) menyandang nama Islam? Jika bukan karena masih adanya fakultas- fakultas yang mempelajari Ilmu- ilmu Islam seperti: tarbiyah, Usluhuddin, dll, maka akan hilanglah semua bekas keislaman dari universitas ini.
Lalu, apakah para civitas academica, terlebih Rektor, para pengurus yayasan pendidikan islam, mau memperbaiki keadaan ini? Kalau tidak, lebih baik tanggalkan saja nama Islam dari nama universitas ini, itu lebih baik (hal ini pernah saya dengar dulu dari para dosen).
Ini hanya tulisan ungkapan kekecewaan saya terhadap universitas yang katanya menyandang misi mencetak para Mujahid, Mujtahid, dan Mujadid.
(ket: tulisan ini belum sempat direvisi).

10.04.2011

hanya sebuah catatan, sekali lagi hanya catatan









tahukah kamu betapa perihnya diriku
melihat luka menganga di hatimu?
tahukah kamu betapa takutnya aku
melihat badai menggulung di wajahmu?
tahukah kamu apa yang kamu rasakan.
akupun merasakannya juga?
seperti ketika sebatang ranting ikut mati
ketika sang pohon tumbang?
seperti mulut yang meringis kesakitan
ketika kaki dan tangan tersayat luka?

mungkin perih yang kurasakan
memang tak seperih luka yang kau rasakan
mungkin memang ketakutan dan hawatirku tak secuilpun kau butuhkan.
ketahuilah, aku tak peduli...
aku hanya ingin engkau berharap seperti aku,
bahwa setelah hujan akan ada matahari yang terbit....
setelah ada malam gelap yang panjang
akan ada siang yang cerah...
bahwa setelah daun mati,
kita bisa berharap akan ada kuncup yang tumbuh...
dan bahwa setelah pohon mati,
akan ada benih yang tumbuh...
dan suatu hari nanti, di ujung usia, kita dapat berkata:
"ya, aku telah mengalami hujan dan angin kehidupan,
tapi aku selalu berusaha berdiri kembali ketika aku terjatuh,
dan aku tidak pernah menyesalinya...."

sekarang, maukah kau meraih tanganku?
seperti sebatang pohon rapuh yang menjulur
ketika seseorang tenggelam...
dan tak ada sesuatupun yang menjadi pegangan...
seperti sebuah sampan berlubang,
ketika tak ada sesuatupun tempat untuk mengambang?
.................................................................................
(untuk sahabat sahabatku dan saudara saudaraku yang merasa berjalan sendirian)

7.19.2011

Miyamoto Musashi - samurai legendaris



Miyamoto Musashi (宮本 武蔵?), atau biasa disebut Musashi saja, adalah seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada abad pertengahan. Ia diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1584, dan meninggal tahun 1645. Nama aslinya adalah Shinmen Takezo. Kata Musashi merupakan lafal lain dari "Takezo" (huruf kanji bisa memiliki banyak lafal dan arti). Musashi memiliki nama lengkap Shinmen Musashi No Kami Fujiwara No Genshin.

Asal keturunan
Panggilan masa kecil Musashi adalah Bennosuke. Nama Miyamoto sendiri adalah nama kuno sebuah daerah di barat daya Tokyo. Nama No Kami berarti kaum bangsawan daerah setempat. Pada umumnya, Fujiwara adalah nama asal dari keluarga leluhur para bangsawan di Jepang yang diturunkan ribuan tahun yang lalu. Nenek moyang keluarga Musashi (Hirada/Hirata) adalah keturunan keluarga Shinmen, penguasa di Kyushu, pulau bagian selatan Jepang.

Masa kecil
Ayah Musashi, Munisai Hirata, meninggal ketika ia diperkirakan baru berusia 7 tahun. Setelah ibunya kemudian juga meninggal, maka Musashi kemudian ikut paman dari pihak ibu. Dengan demikian, ia sudah yatim piatu ketika Toyotomi Hideyoshi menyatukan Jepang pada tahun 1590. Tidak jelas apakah keinginan bermain Kendo adalah berkat pengaruh pamannya ataukah keinginan Musashi sendiri.
Berbagai pertarungan
Musuh pertama Musashi ditemuinya ketika ia baru berusia 13 tahun. Ia adalah Arima Kihei, samurai perguruan Shinto Ryu bidang seni militer yang terampil bermain pedang dan tombak. Musashi mengalahkannya dengan cara melemparnya ke tanah dan memukulnya dengan tongkat, sehingga musuhnya tersebut mati berlumuran darah.
Ketika ia berusia 16 tahun, Musashi mengalahkan lawan berikutnya, dan sejak itu ia kabur dari rumah dan terlibat dalam berbagai kontes pertarungan dan peperangan sampai ia berusia 50 tahun. Musashi mengembara keliling Jepang dan menjadi legenda. Berbagai musuh terkenal pernah dikalahkannya, antara lain samurai-samurai keluarga Yoshioka di Kyoto, jagoan ilmu tongkat kondang Muso Gonosuke di Edo, bangsawan Matsudaira di Izumo, dan Sasaki Kojiro di Bunzen.
Pertempuran lain adalah pertempuran melawan salah satu perguruan bela diri terkenal di Jepang pada masanya di Ichijoji. Musashi bertempur melawan sekitar 50 samurai, dan pertempuran tersebut dimenangkan oleh Miyamoto Musashi dengan teknik dua pedangnya. Hingga saat ini, bekas pertempuran Musashi di Ichijoji dijadikan monumen oleh masyarakat Jepang.
Salah satu peperangan terkenal yang sering dikatakan melibatkan Musashi adalah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, antara pasukan Tokugawa Ieyasu dan pasukan pendukung pemerintahan Toyotomi Hideyori, dimana ribuan orang tewas terbantai dalam peperangan itu sendiri dan pembantaian sesudahnya oleh tentara pemenang perang. Saat itu Musashi memihak pasukan Toyotomi Hideyori (anak dari Toyotomi Hideyoshi).

Masa penyepian dan karya
Setelah melewati periode pertarungan (terakhir melawan Sasaki Kojiro) dan peperangan tersebut, Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati atas falsafah Kendo. Setelah sempat meluangkan waktu beberapa tahun untuk mengajar dan melukis di Kuil Kumamoto, Musashi kemudian pensiun dan menyepi di gua Reigendo. Di sana lah ia menulis Go Rin No Sho, atau Buku Lima Cincin/Lima Unsur. Buku ini adalah buku seni perang yang berisi strategi perang dan metode duel, yang diperuntukkan bagi muridnya Terao Magonojo. Namun oleh peneliti barat, buku ini dianggap rujukan untuk mengenal kejiwaan dan pola berpikir masyarakat Jepang. Buku ini menjadi klasik dan dijadikan rujukan oleh para siswa Kendo di Jepang. Musashi dianggap sedemikian hebatnya sehingga di Jepang ia dikenal dengan sebutan Kensei, yang berarti Dewa Pedang. Tak lama setelah itu, Musashi meninggal di Kyushu pada tahun 1645. Musashi tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan, tapi ia mempunyai seorang anak angkat sekaligus murid yang juga masih saudara sepupunya bernama Iori Miyamoto.

Pengaruh
Studi kehidupan dan hasil karya Musashi masih tetap relevan pada masa kini, karena mencakup taktik dan strategi yang dapat diaplikasikan untuk berbagai kegiatan praktis seperti periklanan, bisnis, dan militer. Berbagai produk budaya seperti film dan buku sastra juga tetap diminati masyarakat, diantaranya yang terkenal ialah buku karya penulis Eiji Yoshikawa dan film karya sutradara Hiroshi Inagaki. Inspirasi yang diberikan oleh Musashi tidak saja terjadi pada masyarakat Jepang, tetapi juga pada masyarakat dari berbagai penjuru dunia.

(sumber: wikipedia)